Ternyata Pembuat Crop Circle Itu Para Siswa SD

Written By Unknown on Minggu, 30 Januari 2011 | 23.05

Puluhan pelajar setingkat SD di Madrasah Ibtidaiyah Matholibul Ulum, Desa Kedungsari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mempraktikkan pembuatan crop circle atau lingkaran tanaman dengan pola unik di lahan kosong desa setempat. Guru Matematika dan IPA kelas VI MI Matholibul Ulum, Anshori, di Kudus, mengatakan, desain crop circle yang muncul tiba-tiba di Sleman dan Bantul, DI Yogyakarta, belum lama ini menjadi inspirasi memraktikkan ilmu bangun yang selama ini diajarkan di sekolah.

Anak SD pun terinspirasi untuk bisa membuat Crop Circle

“Selama di kelas siswa hanya mendapatkan teori, sedangkan di lahan kosong itu siswa diajak mempraktikkan teori yang mereka terima sebelumnya,” ujarnya. Sebanyak 30 siswa kelas VI yang dilibatkan menggunakan alat dan media yang relatif sederhana. Alat yang digunakan adalah tali rafia, pasak bambu, dan kelompen dari papan.

Ia menjelaskan, teknik pembuatannya, para siswa diminta membuat lingkaran geometris yang terdiri atas lingkaran berdiameter 4 meter—di dalamnya terdapat dua segitiga yang membentuk bintang—dengan merobohkan ilalang hingga terlihat bentuk yang diinginkan. Praktik puluhan siswa tersebut tak membuahkan hasil yang memuaskan karena lahan yang digunakan hanya ditumbuhi ilalang dan bukan padi. Meski demikian, dia berharap praktik lapangan tersebut mampu membuat siswa memahami ilmu bangun dengan berbagai bentuk geometris.

Selain itu, katanya, para siswa mampu memahami fenomena crop circle yang santer diisukan buatan makhluk luar angkasa yang mengendarai unidentified flying object (UFO). “Secara ilmiah crop circle bisa dibuat oleh manusia dengan menerapkan ilmu bangun. Mudah-mudahan praktik ini juga bisa mengajak siswa untuk berpikir rasional terhadap segala bentuk bangun yang ada,” ungkapnya.

Latifatul Mufarokah (12), siswa kelas VI, mengaku senang dilibatkan dalam praktik membuat crop circle yang gencar diberitakan sejumlah media di Tanah Air. “Pengalaman ini merupakan yang pertama dalam mempraktikkan ilmu bangun,” ujarnya. Ia berharap praktik serupa bisa dilakukan lagi sehingga kejenuhan siswa menerima pelajaran di kelas bisa dikurangi. Siswa lain, Arif Budiyanto, berharap praktik lapangan bisa diagendakan setiap periode tertentu agar tidak terlalu tegang dengan sejumlah tugas yang diterima. “Lumayan, bisa rekreasi bersama teman-teman secara gratis,” katanya.

sumber

0 comments:

Posting Komentar